Sunday, January 19, 2020

Story Of My Life

Part 1 


Ruang sidang ini terasa panas, aku mencoba untuk memusatkan semua perhatianku membaca pledoi pembelaan kasus penggelapan yang disangkakan kepada klien ku ini, aku baru saja membaca pembukaan pledoi tersebut tiba tiba majelis hakim yang bertindak sebagai ketua memprotesku dengan mengatakan “ saudara penasehat hukum cukup di bacakan pembelaan intinya”, aku kemudian berhenti dan membuka lemberan – lembaran pledoi yang sudah aku buat sejak tiga hari yang lalu, sejurus kemudian aku telah berada di halaman pokok pembelaan dan membacanya lagi dengan intonasi yang jauh lebih keras dari sebelumnya, hanya butuh waktu tidak kurang dari lima menit untuk membacakan pledoi singkat ini, setelah selesai membacakan pledoinya berkas aku serahkan ke majelis hakim dan kepada Jaksa Penuntut umum yang mukanya sudah masam dari tadi melihatku, aku merasa dia kesal dengan tingkah lakuku, tetapi aku tidak peduli.


Setelah menyelesaikan penyerahan berkas pledoi, Hakim ketua kemudian menanyakan kepada Jaksa Penuntut Umum mengenai pledoi yang barusan saya bacakan dan dia tidak keberatan mengenai pembelaanku tersebut lalu Hakim Ketua mengumumkan sidang akan di tunda 2 minggu degan agenda putusan. Setelah mencatat jadwal sidang putusan di buku agendaku bergegas aku bereskan berkas – berkasku dan memasukkanya kedalam tas kemudian meninggalkan ruang sidang menuju parkir setelah melepas toga yang masih aku pakai dari persidangan tadi. Aku memberikan uang parkir kepada penjaga parkir di Pengadilan Negeri ini, penjaga parkir ini sangat baik kepadaku, aku tidak tau apakah karena aku selalu memberikan uang parkir yang lebih besar nilainya daripada orang lain atau emank dasarnya dia baik, didalam hidup kita akan selalu menemukan hal seperti ini dan terkadang sulit untuk mengetaui kebenaranya karena aku hanya bertemu dengan dia pada saat parkir saja.

Keluar dari parkiran Pengadilan Negeri aku mengarahkan motorku kembali ke kantor, cuaca sangat panas sekali, terasa seperti terbakar kadang kuberpikir apakah neraka bocor ( mungkin saat ini kamu menertawakan aku tapi sungguh sering kali aku berpikir seperti itu jika cuaca panas begini), aku sudah memakai jaket dan sarung tangan serta helm tetapi aku masih merasakan panas menyegat, angin yang bertiup pun masih terasa panas padahal bulan ini Desember 2019 seharusnya musim hujan. Sekitar lima menit aku sudah sampai di kantor kulirik jam tanganku waktu sudah menunjukkan pukul 14.00 siang saat membukan pintu kantor dan memberi salam tak terdengar jawaban hanya suara mesin dari AC dan kipas angin yang terdengar. Aku langkahkan kaki masuk kedalam dan terasa memasuki dunia yang berbeda disini terasa sejuk sekali aku bisa merasakan desiran angin yang begitu sejuk dari AC yang dipasang tepat di bawah pintu masuk Kantor. Emank tidak ada orang dikantor para senior Advokat lagi berada di luar kota dan rekanku Arka juga lagi berada di luar kota hanya meninggalkan aku sendiri, aku tidak bisa pergi karena jadwal sidang harus ada salah satunya yang mengurus hal tersebut dan itu adalah aku, dikantor ini aku yang paling junior aku baru aja di sumpah menjadi advokat tepat setahun yang lalu bulan Desember 2018.

Perkenalkan namaku Amir aku seorang laki laku berumur 34 tahun , badanku agak atletis, berambut cepak dan berkulit coklat terang, aku tidak tinggi seperti saudara laki- lakiku lainya, tinggiku hanya sekitar 158 cm dan aku mewarisi itu dari Ayahku. Karena badanku yang kecil maka walaupun usiaku sudah diatas tiga puluh tahun aku masih keliatan seperti umur 25 tahun setidaknya itu yang orang – orang katakan ketika mereka bertemu denganku dan menanyakan berapa umurku bahkan ada beberapa orang yang tidak percaya dengan apa yang aku katakana mengenai umurku bahkan ada beberapa orang yang memintaku untuk menunjukkan KTP-ku kepada mereka jadi setidaknya kalian sudah punya gambaran tentang aku, kedua orang tuaku adalah bugis, mereka lahir dan besar di sebuah desa kecil yang bernama tanah kessie di Kacamatan Sabbangparu Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan, menurut cerita yang kudengar dari tante dan omku bahwa Ayahku menikahi Ibuku pada pernikahan yang ketiga kalinya, pernikahan pertama Ayahku tidak mempunyai anak dan ditinggalkan oleh istrinya kemudian menikah lagi dengan istri keduanya yang dikarunia tiga orang anak, satu anak laki – laki yang berbadan tinggi dan besar bernama Muse dan dua anak perempuan yang cantik khas bugis dengan kulit sawo matang dan senyum yang manis bernama Barlian dan Sitti, dalam perjalananya Istri kedua Ayahku meninggal dan pada saat itu anak-anaknya masih kecil. Kemudian karena anaknya masih kecil dan butuh perawatan akhirnya Ayahku melamar ibuku dan waktu itu Ibuku tidak mau tetapi karena kehendak orang tua akhirnya mereka menikah dan hasil dari pernikahan tersebut lahirlah satu wanita cantik yang berkulit putih bersih bernama Kasmawati, empat orang anak laki-laki yang  salah satunya adalah aku, kami hanya selisih dua tahun jadi aku bisa ingat dengan baik masa – masa saat kami tumbuh bersama, penuh dengan kekacauan dan aku bisa memastikan rumah selalu berantakan, ribut dan perkelahian yang akan berakhir dengan air mata dari salah satu diantara kami dan kebanyakanya aku yang selalu menjadi korban. Ayahku adalah seorang pekerja keras dia sudah bangun setiap subuh dan mempersiapkan dagangganya ke pasar biasanya beliau menjual berbagai macam bumbu – bumbu dapur dan juga ayam di pasar setelah pulang dari pasar beliau bekerja di sawah dan juga di kebun coklat miliknya serta merawat beberapa sapi yang diternakkan, untuk keluarga besar seperti kami ayahku perlu perjuangan dan kerja keras yang  lebih untuk menghidupi keluarganya. Ibuku juga kadang ke sawah dan kebun membantu Ayah namun karena merawat kami beliau hanya menghabiskan waktu dirumah memasak dan mengurus kami.

Aku masih ingat sampai sekarang  rumah kami selalu ramai dikunjungi oleh nenekku dan sepupu – sepupuku serta keluarga lainya jadi kami merasa bahagia, kami tidak hidup berkecukupan dan juga tidak hidup miskin, setidaknya kami bisa makan setiap hari dan berbagi ke anggota keluarga yang datang kerumah dan menginap bersama, ada dua hal yang paling aku suka dan masih selalu aku ingat sampai saat ini ketika Ayahku pulang dari pasar pasti dia selalu membelikan kami kue khas bugis dengan jenis yang berbeda setiap harinya, kami selalu berebut dan tidak sabar untuk mendapatkan giliran menerima kue tersebut dan yang kedua yaitu ketika berkumpul bersama di malam hari saat makan malam bersama itu terasa sangat menyenangkan sekali aku selalu kangen dengan saat – saat itu.